Terima Kasih Telah Berkunjung Semoga Bermanfaat

Senin, 18 Desember 2023

Topik 1 Filosofi Pendidikan Indonesia

 --Koneksi Antar Materi--

Pada tahap ini, Mahasiswa meninjau ulang keseluruhan materi dari 'Mulai dari Diri' hingga 'Elaborasi Pemahaman' untuk membuat 'Koneksi Antar Materi' sebagai kesimpulan penguasaan materi 'Perjalanan Pendidikan Nasional' dengan uraian tugas sebagai berikut:

  1. Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual.
  2. Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan untuk menguatkan pemahaman Anda tentang materi Perjalanan Pendidikan Nasional.
  3. Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam materi ini dan perubahan diri yang Anda alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.
  4. Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan lainnya. 

Mulai dari Diri


    Saya saat ini adalah seorang calon pendidik yang masih terus belajar menyiapkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik saya. Saya adalah calon pendidik yang akan mendidik intelektual sekaligus menanamkan nilai-nilai dan karakter yang positif untuk menuntun peserta didik saya menjadi pribadi yang berprestasi, unggul dan beradap. Saya adalah seorang calon pendidik yang terus berusaha meningkatkan kompetensi yang saya miliki baik itu kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian maupun kompetensi pedagogik. Kompetensi ini adalah wujud pengembangan diri saya sebagai calon pendidik untuk bekal dalam mendidik peserta didik dengan ketrampilan berpikir yang kontekstual dan mampu menuntun peserta didik tumbuh dan berkembang berdasarkan kodratnya. Saya akan terus berusaha menghadirkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan optimal bagi peserta didik.
    Saya memilih sebagai guru karena bagi saya guru adalah profesi mulia. Guru bagi saya adalah agen pembangunan dan penggerak peradaban paradigma dalam dunia pendidikan. Mencerdaskan anak bangsa adalah tujuan utama sebagai guru. Cerdas dalam hal intelektual, sosial maupun kepribadian. Guru terkadang dianggap sebagai profesi yang remeh, akan tetapi tanpa adanya guru belum tentu tatanan dunia akan menjadi baik-baik saja. Guru yang baik mampu mengantarkan peserta didik mencapai minat dan bakat yang mereka inginkan. Guru yang baik adalah guru yang selalu belajar dan memotivasi peserta didik untuk terus semangat belajar.

    Cara saya menjadi guru yang berpihak pada peserta didik dengan melakukan pendekatan teori Humanistik. Guru memandang peserta didik sebagai manusia merdeka yang bebas mengaktualisasikan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi yang terbuka antara peserta didik dengan guru maupun sebaliknya, serta nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain kognitif saja, tetapi juga bagaimana peserta didik menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh perhatian terhadap lingkungannya, mempunyai kedewasaan emosi dan spiritual. Teori belajar humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebuah filosofi belajar yang sangat memperhatikan keunikan setiap peserta didik. Filosofi ini meyakini bahwa setiap peserta didik mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Guru dalam proses pembelajaran diharapkan mampu melahirkan beberapa konsep yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran yang memberikan makna yang mendalam bagi peserta didik dan menekankan pada kemampuan peserta didik dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Eksplorasi Konsep

    Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara dan dikenal sebagai bapak pelopor pendidikan nasional. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dalam lingkungan Keraton Pakualam, Yogyakarta. Beliau merupakan putra dari Suryaningrat, putra Paku Alam III. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya (Thohir, 2021).
    Alasan Ki Hadjar Dewantara ingin memajukan pendidikan bangsa Indonesia adalah karena pada saat itu, bangsa Indonesia sangat dikuasai oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan terkurung dalam kebodohan, sementara penguasa pribumi hanya dijadikan pembantu dan kaki tangan mereka. Dari pandangan tersebut, maka Ki Hadjar Dewantara berusaha untuk memperbanyak sekolah untuk anak-anak di seluruh Indonesia demi memperbaiki pendidikan bagi bangsa ini. Beliau yakin perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari oleh jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsanya sendiri.
    Yogyakarta merupakan tempat pertama diselenggarakannya pendidikan nasional yaitu perguruan taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya taman siswa di Yogyakarta pada zaman kolonial saai itu bertujuan agar bangsa dan anak-anak Indonesia serta rakyat dapat terbebas dari kebodohan dan menemukan kemerdekaannya sendiri.
    Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 itu tidak dimaksudkan untuk mendidik golongan tertentu, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tujuan pokok yang hendak dicapai adalah terlaksananya pendidikan dan pengajaran secara merata, sekaligus menanamkan nilai-nilai persatuan di atas perbedaan. Salah satu alasan mengapa Taman Siswa didirikan adalah kenyataan bahwa pemerintah kolonial sangat kikir dan sama sekali mengabaikan bidang pendidikan (Geli & Sriyono, 2022).
    Bukan hanya didirikannya Taman siswa tetapi usaha-usaha yang di lakukan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam melaksanakan cita-cita pendidikannya yaitu dengan mendirikan Perguruan Kebangsaan "Taman Siswa" pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pada sekolah-sekolah Taman Siswa diadakan pembagian-pembagian sebagai berikut: (1) Taman Indriya (Taman Kanak-Kanak Taman Siswa) bagi anak-anak yang berumur 5-6 Tahun. (2) Taman Anak (kelas I-III) bagi anak-anak berumur 6-7 Tahun. (3) Taman Muda (IVVI) bagi anak-anak yang berumur 10-11 tahun. (4) Taman Dewasa (SMP). (5) Taman Madya (SMA). (6) Taman Guru (Komariah, 2022).
    Beliau memperkenalkan sistem persekolahan yang bertumpu pada tiga gagasan utama yaitu Taman Siswa, Pamong dan Among dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kata Taman siswa identik dengan temapat bermain yang menghadirkan kegembiraan dan keindahan untuk pengunjung. Jadi taman siswa adalah sistem persekolahan yang menjadi tempat bermain untuk siswa dimana siswa diberikan kemerdekaan untuk tumbuh dan berkembang sesuai keinginan dan kemampuan mereka yang dilengkapi dengan dukungan dalam proses belajar siswa. Pamong adalah kewajiban yang dilakukan oleh pengajar sesuai kebutuhan masing-masing siswa secara individual, hingga mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Prinsip Among yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan (Irawati et al., 2022).
    Prinsip Ki Hadjar Dewantara yang selalu tersimpan adalah Tut Wuri Handayani yang dianggap sebagai semboyan, moto, bahkan jiwa dan roh dalam mengembangkan pendidikan modem. Saat ini pendidikan di Indonesia sudah menerapkan gagasan-gagasan dari bapak Ki Hadjar Dewantara dengan di luncurkannya Kurikulum Merdeka oleh Kemendikbudristek pada Februari 2022 (Baga et al., 2023). Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip leluhur menjadi bagian integral dalam pendidikan agar mengingat perjuangan akan namanya pendidikan di bangsa Indonesia ini.


Ruang Kolaborasi


    Praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional pada zaman sebelum kemerdekaan, dimana dunia Pendidikan tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Sekolah hanya diperuntukkan untuk orang eropa sedangkan orang pribumi diperbolehkan sekolah namun hanya mendapatkan pelajaran baca, tulis, hitung dan harus bekerja untuk colonial. Sedangkan pada zaman sekarang semua orang dapat bersekolah disekolah manapun yang mereka inginkan. Namun, Pendidikan saat ini membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam pembelajarannya, yaitu selalu dituntut untuk memiliki nilai yang baik dalam artian siswa harus memiliki nilai diatas batas nilai yang ditentukan. Selain permasalahan nilai, peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan kemampuannya, karena pada dasarnya peserta didik memiliki kemampuan dalam memahami pembelajaran yang berbeda-beda, yaitu audiotori, visual ataupun kinestetik. Sedangkan guru mengajar dikelas dengan sistem yang sama.
    namun, seiring berjalannyta waktu sistem pendidikan di Indonesia perlahan berganti, pada tahun 2022 resmi diluncurkan model dalam Kurikulum Merdeka yang berorientasi kepada peserta didik dan pendidik diberikan kebebasan dalam menyusun perangkat pembelajaran disesuaikan kepada keberagaman peserta didik. Pendidik dituntut untuk mampu melepaskan belenggu yang selama ini menawan peserta didik. Model Pendidikan yang dapat diterapkan diantaranya melalui: Pendekatan berbasis teknolog, proyek, keterlibatan sosial, dan kompetensi. Sebagai model pendidikan yang berfokus untuk memerdekakan peserta didik, pendekatan yang paling efektif adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat apda siswa. Melihat dari pengalaman saya sewaktu duduk dibangku sekolah sebagai peserta didik, saya sadar bahwa semangat dan dorongan untuk belajar itu berasal dari diri sendiri. Jadi ketika kita menerapkan pembelajaran yang berfokus pada siswa, maka siswa tersebut akan bebas mengeksplorasi potensi diri mereka. 
    Selain itu juga model pendidikan yang sesuai untuk melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik adalah dengan menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Model ini merupakan model yang paling efektif untuk menghilangkan belenggu yang membuat siswa menjadi terbebani dengan proses pembelajaran yang hanya berfokus pada keinginan guru yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Dengan menggunakan model tersebut  dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran. Hal yang kami lakukan sebagai sorang guru adalah bertindak sebagai fasilitator yang mendukung siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat peserta didik, hal ini bertujuan untuk memerdekakan peserta didik daripada ketika peserta didik menjadi pusat pembelajaran yang hanya menerima informasi secara pasif. Dalam melaksanakan model pembelajaran ini kami akan menyediakan berbagai macam sumber daya seperti bahan bacaan, video, permainan, dan proyek-proyek kreatif sehingga peserta didik akan memiliki fleksibilitas dalam memilih cara belajar, ini akan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyesuaikan pembelajaran dengan gaya belajar yang mereka miliki. Selain itu juga kami mendorong peserta didik untuk mengembangkan portofolio yang mencerminkan progress mereka, termasuk proyek-proyek yang mereka bangun, presentasi yang dilakukan serta refleksi pengalaman belajar merdeka. Melalui model ini juga peserta didik diajak untuk bekerja sama dengan teman-temannya, berbagi ide, dan mengutarakan pendapat mereka masing-masing mengenai pemecahan masalah yang diberikan. Hal ini akan memerdekakan mereka dari keterpencilan yang sering terjadi dalam metode belajar terdahulu. Dengan menerapkan model ini, kami percaya bahwa kami dapat membantu peserta didik menjadi pembelajar mandiri yang memiliki pengetahuan yang mendalam, keterampilan berpikir kritis yang kuat, membangun kreativitas peserta didik dan memiliki rasa percaya diri. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian dari (Satriaman: 2018) yang menyatakan bahwa: dengan menggunakan model pendidikan yang berpusat pada siswa mempunyai pengaruh yang cukup terhadap pembentukan kreativitas peserta didik.


Demonstrasi Kontekstual




Refleksi Diri

    Dari hasil 'Koneksi Antar Materi' di atas, saya mendapatkan wawasan dan pemahaman baru terkait nilai-nilai dan filosofi Perjalanan Pendidikan Nasional yang diperjuangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Dengan bertambahnya pengetahuan saya terkait Filosofi Pendidikan, membuat saya yakin, bahwa saya mampu untuk menjadi seorang guru yang berkompeten, dan mempunyai integritas dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran yang merdeka pada peserta didik. tentunya dalam menjalankan keyakinan saya tersebut, hal yang perlu saya lakukan jika berada di kelas nantinya adalah menyiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip merdeka, diawali dengan observasi dan menganalisis kebutuhan beklajar peserta didik, kemudian mengajarkan peserta didik dengan prinsip merdeka belajar sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. serta memberikan evaluasi kepada peserta didik dengan menerapkan penilaian yang adil dan transparan. 

*Tulisan ini dikhususkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filosofi Pendidikan Nasional 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar