--Koneksi Antar Materi--
Pada tahap ini, Mahasiswa meninjau ulang keseluruhan materi dari 'Mulai dari Diri' hingga 'Elaborasi Pemahaman' untuk membuat 'Koneksi Antar Materi' sebagai kesimpulan penguasaan materi 'Perjalanan Pendidikan Nasional' dengan uraian tugas sebagai berikut:
- Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual.
- Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan untuk menguatkan pemahaman Anda tentang materi Perjalanan Pendidikan Nasional.
- Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam materi ini dan perubahan diri yang Anda alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.
- Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan lainnya.
Mulai dari Diri
Saya saat ini adalah seorang calon pendidik yang masih terus belajar
menyiapkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik saya. Saya
adalah calon pendidik yang akan mendidik intelektual sekaligus menanamkan
nilai-nilai dan karakter yang positif untuk menuntun peserta didik saya menjadi
pribadi yang berprestasi, unggul dan beradap. Saya adalah seorang calon
pendidik yang terus berusaha meningkatkan kompetensi yang saya miliki baik itu kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi
kepribadian maupun kompetensi pedagogik. Kompetensi ini adalah
wujud pengembangan diri saya sebagai calon pendidik
untuk bekal dalam mendidik peserta didik dengan ketrampilan berpikir
yang kontekstual dan mampu menuntun peserta didik tumbuh dan berkembang
berdasarkan kodratnya. Saya akan terus berusaha menghadirkan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif dan optimal bagi peserta didik.
Saya memilih sebagai guru karena bagi saya guru adalah
profesi mulia. Guru bagi saya adalah agen pembangunan dan penggerak peradaban
paradigma dalam dunia pendidikan. Mencerdaskan anak bangsa adalah tujuan
utama sebagai guru. Cerdas dalam hal intelektual, sosial maupun kepribadian.
Guru terkadang dianggap sebagai profesi yang remeh, akan tetapi tanpa adanya
guru belum tentu tatanan dunia akan menjadi baik-baik saja. Guru yang baik
mampu mengantarkan peserta didik mencapai minat dan bakat yang mereka inginkan.
Guru yang baik adalah guru yang selalu belajar dan memotivasi peserta didik
untuk terus semangat belajar.
Eksplorasi Konsep
Alasan Ki Hadjar Dewantara ingin memajukan pendidikan bangsa Indonesia adalah karena pada saat itu, bangsa Indonesia sangat dikuasai oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan terkurung dalam kebodohan, sementara penguasa pribumi hanya dijadikan pembantu dan kaki tangan mereka. Dari pandangan tersebut, maka Ki Hadjar Dewantara berusaha untuk memperbanyak sekolah untuk anak-anak di seluruh Indonesia demi memperbaiki pendidikan bagi bangsa ini. Beliau yakin perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari oleh jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsanya sendiri.
Yogyakarta merupakan tempat pertama diselenggarakannya pendidikan nasional yaitu perguruan taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya taman siswa di Yogyakarta pada zaman kolonial saai itu bertujuan agar bangsa dan anak-anak Indonesia serta rakyat dapat terbebas dari kebodohan dan menemukan kemerdekaannya sendiri.
Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 itu tidak dimaksudkan untuk mendidik golongan tertentu, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tujuan pokok yang hendak dicapai adalah terlaksananya pendidikan dan pengajaran secara merata, sekaligus menanamkan nilai-nilai persatuan di atas perbedaan. Salah satu alasan mengapa Taman Siswa didirikan adalah kenyataan bahwa pemerintah kolonial sangat kikir dan sama sekali mengabaikan bidang pendidikan (Geli & Sriyono, 2022).
Bukan hanya didirikannya Taman siswa tetapi usaha-usaha yang di lakukan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam melaksanakan cita-cita pendidikannya yaitu dengan mendirikan Perguruan Kebangsaan "Taman Siswa" pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pada sekolah-sekolah Taman Siswa diadakan pembagian-pembagian sebagai berikut: (1) Taman Indriya (Taman Kanak-Kanak Taman Siswa) bagi anak-anak yang berumur 5-6 Tahun. (2) Taman Anak (kelas I-III) bagi anak-anak berumur 6-7 Tahun. (3) Taman Muda (IVVI) bagi anak-anak yang berumur 10-11 tahun. (4) Taman Dewasa (SMP). (5) Taman Madya (SMA). (6) Taman Guru (Komariah, 2022).
Beliau memperkenalkan sistem persekolahan yang bertumpu pada tiga gagasan utama yaitu Taman Siswa, Pamong dan Among dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kata Taman siswa identik dengan temapat bermain yang menghadirkan kegembiraan dan keindahan untuk pengunjung. Jadi taman siswa adalah sistem persekolahan yang menjadi tempat bermain untuk siswa dimana siswa diberikan kemerdekaan untuk tumbuh dan berkembang sesuai keinginan dan kemampuan mereka yang dilengkapi dengan dukungan dalam proses belajar siswa. Pamong adalah kewajiban yang dilakukan oleh pengajar sesuai kebutuhan masing-masing siswa secara individual, hingga mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Prinsip Among yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan (Irawati et al., 2022).
Prinsip Ki Hadjar Dewantara yang selalu tersimpan adalah Tut Wuri Handayani yang dianggap sebagai semboyan, moto, bahkan jiwa dan roh dalam mengembangkan pendidikan modem. Saat ini pendidikan di Indonesia sudah menerapkan gagasan-gagasan dari bapak Ki Hadjar Dewantara dengan di luncurkannya Kurikulum Merdeka oleh Kemendikbudristek pada Februari 2022 (Baga et al., 2023). Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip leluhur menjadi bagian integral dalam pendidikan agar mengingat perjuangan akan namanya pendidikan di bangsa Indonesia ini.
Ruang Kolaborasi
Praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’
kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan
Nasional pada
zaman sebelum kemerdekaan, dimana dunia
Pendidikan tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Sekolah hanya diperuntukkan
untuk orang eropa sedangkan orang pribumi diperbolehkan sekolah namun hanya
mendapatkan pelajaran baca, tulis, hitung dan harus bekerja untuk colonial. Sedangkan
pada zaman sekarang semua orang dapat bersekolah disekolah manapun yang mereka
inginkan. Namun, Pendidikan saat ini membelenggu kemerdekaan peserta didik
dalam pembelajarannya, yaitu selalu dituntut untuk memiliki nilai yang baik
dalam artian siswa harus memiliki nilai diatas batas nilai yang ditentukan.
Selain permasalahan nilai, peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran
sesuai dengan kemampuannya, karena pada dasarnya peserta didik memiliki
kemampuan dalam memahami pembelajaran yang berbeda-beda, yaitu audiotori,
visual ataupun kinestetik. Sedangkan guru mengajar dikelas dengan sistem yang
sama.
namun, seiring berjalannyta waktu sistem pendidikan di Indonesia perlahan berganti, pada tahun 2022 resmi diluncurkan model dalam Kurikulum
Merdeka yang berorientasi kepada peserta didik dan pendidik diberikan kebebasan
dalam menyusun perangkat pembelajaran disesuaikan kepada keberagaman peserta
didik. Pendidik dituntut untuk mampu melepaskan belenggu yang selama ini
menawan peserta didik. Model
Pendidikan yang dapat diterapkan diantaranya melalui: Pendekatan berbasis teknolog, proyek, keterlibatan sosial, dan kompetensi. Sebagai model
pendidikan yang berfokus untuk memerdekakan peserta didik, pendekatan yang
paling efektif adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat apda siswa.
Melihat dari pengalaman saya sewaktu duduk dibangku sekolah sebagai peserta
didik, saya sadar bahwa semangat dan dorongan untuk belajar itu berasal dari
diri sendiri. Jadi ketika kita menerapkan pembelajaran yang berfokus pada
siswa, maka siswa tersebut akan bebas mengeksplorasi potensi diri mereka.
Selain itu juga model pendidikan yang sesuai untuk melepaskan
belenggu dan memerdekakan peserta didik adalah dengan menerapkan proses
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Model ini merupakan model yang
paling efektif untuk menghilangkan belenggu yang membuat siswa menjadi
terbebani dengan proses pembelajaran yang hanya berfokus pada keinginan guru
yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Dengan menggunakan model tersebut dapat memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran. Hal yang kami
lakukan sebagai sorang guru adalah bertindak sebagai fasilitator yang mendukung
siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat peserta didik, hal ini bertujuan
untuk memerdekakan peserta didik daripada ketika peserta didik menjadi pusat
pembelajaran yang hanya menerima informasi secara pasif. Dalam melaksanakan
model pembelajaran ini kami akan menyediakan berbagai macam sumber daya seperti
bahan bacaan, video, permainan, dan proyek-proyek kreatif sehingga peserta
didik akan memiliki fleksibilitas dalam memilih cara belajar, ini akan
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyesuaikan pembelajaran
dengan gaya belajar yang mereka miliki. Selain itu juga kami mendorong peserta
didik untuk mengembangkan portofolio yang mencerminkan progress mereka,
termasuk proyek-proyek yang mereka bangun, presentasi yang dilakukan serta
refleksi pengalaman belajar merdeka. Melalui model ini juga peserta didik
diajak untuk bekerja sama dengan teman-temannya, berbagi ide, dan mengutarakan
pendapat mereka masing-masing mengenai pemecahan masalah yang diberikan. Hal
ini akan memerdekakan mereka dari keterpencilan yang sering terjadi dalam
metode belajar terdahulu. Dengan menerapkan model ini, kami percaya bahwa kami
dapat membantu peserta didik menjadi pembelajar mandiri yang memiliki
pengetahuan yang mendalam, keterampilan berpikir kritis yang kuat, membangun
kreativitas peserta didik dan memiliki rasa percaya diri. Hal ini terbukti
dengan hasil penelitian dari (Satriaman: 2018) yang menyatakan bahwa: dengan
menggunakan model pendidikan yang berpusat pada siswa mempunyai pengaruh yang
cukup terhadap pembentukan kreativitas peserta didik.
Demonstrasi Kontekstual